
ADHD (Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder) dalam Perspektif Psikologi
ADHD adalah gangguan neurodevelopmental yang ditandai oleh pola inattention (kurangnya perhatian), hyperactivity (hiperaktivitas), dan impulsivity (impulsivitas) yang persisten dan mengganggu fungsi sehari-hari. Berikut penjelasan dari sudut pandang psikologi:
1. Gejala Utama dan Manifestasi
- Inattention:
- Kesulitan mempertahankan fokus, sering lupa tugas, atau mudah terdistraksi.
- Contoh: Tidak menyelesaikan pekerjaan karena beralih ke aktivitas lain.
- Hyperactivity:
- Gelisah, sulit duduk diam, atau bicara berlebihan (pada anak).
- Pada dewasa: Perasaan “gelisah internal” atau terus-menerus bergerak.
- Impulsivity:
- Bertindak tanpa berpikir konsekuensi, seperti menyela pembicaraan atau mengambil keputusan gegabah.
2. Teori Psikologis yang Mendasari ADHD
a. Gangguan Fungsi Eksekutif
- Definisi: Fungsi eksekutif adalah kemampuan otak untuk merencanakan, mengatur, dan mengontrol perilaku.
- Dampak pada ADHD:
- Kesulitan dalam working memory (mengingat instruksi), inhibisi respons (menahan impuls), dan fleksibilitas kognitif (beradaptasi dengan perubahan).
- Contoh: Anak dengan ADHD mungkin sulit mengikuti langkah-langkah tugas matematika yang kompleks.
b. Perspektif Behavioral
- Teori Pembelajaran: Gejala ADHD dapat diperkuat oleh pola penguatan (reinforcement) lingkungan.
- Contoh: Anak yang menginterupsi guru mungkin mendapat perhatian, sehingga perilaku tersebut terus diulang.
- Manajemen Kontingensi: Intervensi seperti token economy (sistem reward) digunakan untuk membentuk perilaku positif.
c. Regulasi Emosi
- Individu dengan ADHD sering mengalami dysregulation emosional, seperti ledakan amarah atau frustrasi cepat.
- Hal ini terkait dengan kesulitan mengelola respons emosi akibat gangguan pada korteks prefrontal.
3. Faktor Penyebab dalam Psikologi
- Biologis:
- Ketidakseimbangan neurotransmiter (misal: dopamin dan norepinefrin) yang memengaruhi perhatian dan motivasi.
- Faktor genetik (hereditas mencapai 75%).
- Lingkungan:
- Paparan toksin selama kehamilan (misal: rokok atau alkohol).
- Pengasuhan yang tidak konsisten atau stres kronis.
4. Dampak Psikososial
- Pada Anak:
- Kesulitan akademik karena gangguan konsentrasi.
- Masalah sosial (dijauhi teman karena perilaku impulsif).
- Pada Dewasa:
- Gangguan hubungan interpersonal atau kinerja kerja.
- Risiko tinggi mengalami kecemasan, depresi, atau rendahnya harga diri.
5. Pendekatan Intervensi Psikologis
a. Terapi Perilaku Kognitif (CBT)
- Fokus: Mengubah pola pikir negatif (misal: “Aku pasti gagal”) dan melatih strategi organisasi.
- Contoh: Teknik time-blocking untuk manajemen waktu.
b. Pelatihan Orang Tua dan Guru
- Parent Management Training (PMT): Mengajarkan orang tua cara memberikan instruksi jelas dan konsisten.
- Modifikasi Lingkungan Sekolah: Penggunaan meja berdiri atau jeda singkat untuk mengurangi hiperaktivitas.
c. Psikoedukasi
- Membantu individu memahami kondisi mereka dan mengurangi stigma diri.
- Contoh: Menjelaskan bahwa ADHD bukan akibat kemalasan, melainkan perbedaan fungsi otak.
6. Tantangan dalam Perspektif Psikologi
- Stigma: Banyak yang menganggap ADHD sebagai “kekurangan disiplin” atau “kesalahan pengasuhan”.
- Komorbiditas: ADHD sering muncul bersamaan dengan gangguan lain (misal: gangguan kecemasan atau learning disability).
- Diagnosis pada Dewasa: Gejala ADHD dewasa sering disalahartikan sebagai gangguan kepribadian atau depresi.
Kesimpulan
ADHD bukan sekadar gangguan perilaku, melainkan kompleksitas interaksi biologis, psikologis, dan lingkungan. Intervensi psikologis bertujuan untuk:
- Meningkatkan kemampuan adaptasi individu.
- Meminimalkan dampak negatif pada kehidupan sosial dan emosional.
- Memberdayakan lingkungan sekitar (keluarga, sekolah, tempat kerja) untuk memberikan dukungan efektif.
Dengan pemahaman yang holistik, individu dengan ADHD dapat mencapai potensi maksimal meski menghadapi tantangan unik.


#adhd #stigma #testpsikologi