Panyebab Anak Sering Menggigit Kuku

Berdasarkan perspektif psikologi, kebiasaan anak sering menggigit kuku (onychophagia) bukanlah sekadar kebiasaan buruk, tetapi seringkali merupakan gejala dari kondisi yang mendasarinya.

Berikut adalah beberapa penyebab utamanya:

1. Mengatasi Stres dan Kecemasan (Coping Mechanism)

Ini adalah penyebab paling umum. Menggigit kuku adalah cara bagi anak untuk menenangkan diri secara instan saat menghadapi emosi yang tidak nyaman.

Apa yang Dirasakan Anak?

Gelisah, khawatir, takut, atau tertekan. Pemicunya bisa berupa tekanan akademik di sekolah, konflik dengan teman, takut dimarahi, perubahan dalam keluarga (seperti kelahiran adik atau perceraian), atau merasa tidak memenuhi ekspektasi.

2. Kebosanan atau Frustrasi

Anak mungkin mulai menggigit kuku saat sedang tidak melakukan apa-apa, menunggu, atau merasa jenuh. Ini juga bisa menjadi tanda bahwa mereka sedang frustrasi dengan suatu tugas yang sulit atau merasa tidak tertantang.

3. Perilaku yang Dipelajari (Modeling)

Anak adalah peniru ulung. Jika mereka melihat orang tua, saudara kandung, atau teman dekatnya memiliki kebiasaan menggigit kuku, mereka mungkin menirunya tanpa disadari. Kebiasaan ini kemudian bisa menetap.

4. Kebutuhan Sensorik

Beberapa anak memiliki kebutuhan sensorik yang tinggi. Mereka mencari input sensorik untuk merasa tenang atau “terhubung” dengan tubuhnya. Menggigit kuku memberikan sensasi tertentu di mulut dan jari yang memenuhi kebutuhan itu. Dalam konteks ini, kebiasaan ini bisa terkait dengan kondisi seperti ADHD atau Gangguan Pemrosesan Sensorik.

5. Keturunan (Genetika)

Penelitian menunjukkan adanya komponen genetik pada kebiasaan repetitif yang berpusat pada tubuh (seperti menggigit kuku atau mencabut rambut). Jika orang tua memiliki riwayat kebiasaan serupa di masa kecil, kemungkinan anak untuk mengalaminya lebih tinggi.

6. Transisi atau Peristiwa Besar dalam Hidup

Setiap perubahan besar dapat menjadi pemicu stres, bahkan yang dianggap positif. Mulai sekolah baru, pindah rumah, atau perubahan rutinitas dapat memicu kebiasaan ini sebagai mekanisme pertahanan diri.

7. Kesempurnaan (Perfectionism)

Pada beberapa anak, terutama yang cenderung perfeksionis, menggigit kuku bisa menjadi respons terhadap rasa tidak puas atau kritik terhadap diri sendiri. Kebiasaan ini muncul saat mereka merasa karyanya tidak cukup baik atau mereka melakukan kesalahan.

Konsultasi psikolog dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab anak memiliki kebiasaan menggigit kukunya.

#menggigitkuku #anakseringgigitkuku #onychophagia #psikologanak

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *