Berikut penjelasan mengenai anak yang mengalami kesulitan berbicara (speech and language difficulties) dari sudut pandang psikologi, mencakup penyebab, dampak psikologis, dan pendekatan penanganannya:
I. Penyebab Psikologis & Faktor Risiko
Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorders):
Mutisme Selektif: Anak mampu bicara di lingkungan aman (misal rumah), tetapi “membeku” dan tidak bisa bicara di situasi sosial tertentu (sekolah/tempat umum). Sering terkait kecemasan sosial ekstrem.
Kecemasan Berbicara: Rasa takut dinilai atau dipermalukan saat berbicara, menyebabkan penghindaran.
Trauma Psikologis:
Pengalaman traumatis (kekerasan, penelantaran, kecelakaan) dapat mengganggu perkembangan bahasa atau menyebabkan regresi (kemunduran kemampuan bicara).
Gangguan Attachment (Ikatan Emosional):
Ketidakamanan attachment dengan pengasuh utama dapat menghambat rasa aman untuk bereksplorasi, termasuk eksplorasi bahasa.
Gangguan Spektrum Autisme (ASD):
Kesulitan dalam komunikasi sosial adalah ciri utama, termasuk:
Keterlambatan bicara
Ekolalia (mengulang kata tanpa konteks)
Kesulitan memahami bahasa nonverbal
Pola bicara yang tidak biasa (intonasi datar, ritme aneh)
Manajemen Perilaku: Mengajarkan cara merespons komunikasi non-verbal anak secara positif.
Terapi Individual:
Terapi Bermain: Membangun kepercayaan diri dan ekspresi emosi melalui medium non-verbal.
Terapi Perilaku Kognitif (CBT): Untuk anak dengan kecemasan berbicara atau mutisme selektif.
Terapi Wicara Kolaboratif: Psikolog bekerjasama dengan terapis wicara (speech therapist) untuk aspek emosional-bahasa.
Intervensi Sosial:
Social Skills Training: Melatih kemampuan pragmatik (cara menggunakan bahasa dalam konteks sosial).
Grup Terapi: Interaksi terstruktur dengan teman sebaya untuk latihan komunikasi.
Dukungan Sekolah:
Individualized Education Program (IEP): Menyesuaikan metode pembelajaran dan target akademik.
Lingkungan Inklusif: Guru terlatih untuk mendukung komunikasi anak tanpa tekanan.
IV. Peran Penting Lingkungan
Orang Tua/Pengasuh:
Memberi waktu anak untuk merespons tanpa memotong.
Hindari mengoreksi langsung, tetapi modelkan ucapan yang benar.
Fokus pada isi pesan, bukan kesalahan pelafalan/tata bahasa.
Sekolah:
Tidak memaksa anak bicara di depan kelas jika memicu kecemasan.
Gunakan alat komunikasi alternatif (gambar, gestur) sementara.
Teman Sebaya:
Edukasi tentang penerimaan dan cara berinteraksi yang mendukung.
Kesimpulan Psikologis
Kesulitan berbicara pada anak tidak pernah bisa dilihat semata sebagai masalah teknis. Faktor psikologis (kecemasan, trauma, gangguan perkembangan) dan lingkungan (kurang stimulasi, tekanan sosial) berperan krusial.