CARA MENGAJARKAN ANAK AGAR MENJADI LEBIH SOPAN SANTUN DALAM BERPERILAKU?

Saat kita mengajarkan norma kesopanan atau perilaku sopan santun pada anak. Ada beberapa hal yang harus dipahami oleh orang tua :
1. Memberikan contoh pada anak cara bersikap sopan. Contoh, orang tua tidak segan mengucapkan kata “tolong” saat meminta anak mengambil sesuatu, kata “maaf” saat orang tua berbuat salah pada anak, dan kata “terima kasih” saat anak berbuat hal baik. Dengan demikian, anak tidak hanya mendapatkan ajaran secara teori, tetapi contoh konkret yang diberikan oleh orang tuanya.
2. Berikan alasan mengapa anak harus beperilaku sopan. Selain membiasakan anak berperilaku sopan santun, sertai juga alasan yang logis dan mudah dipahami anak. Oleh karena itu, selain terbiasa berperilaku sopan anak juga paham mengapa ia berperilaku seperti yg dianjurkan.
3. Hindari bentakan atau mengoreksinya di depan umum saat anak melakukan hal yang kurang sopan. Orang tua dapat menegur anak secara halus, dan apabila ada di rumah, coba anak untuk berdiskusi mengenai sikapnya tersebut. Dengarkan juga pendapatnya dan sampaikan alasan kita mengapa perilakunya dinilai kurang sopan.
4. Hindari penggunaan alasan yang tidak logis dan menakut-nakuti anak agar anak mau mengikuti aturan. Seperti “awas ada hantu, gelap, nanti di pukul Ayah, dan lain sebagainya”. Kata-kata seperti ini hanya akan membuat anak menjadi penakut dan ia tidak memahami alasan sebenarnya mengapa ia harus berperilaku sopan santun.
5. Jangan ragu untuk memberikan pujian sebagai bentuk apresiasi kita sebagai orang tua atas perilakunya yg baik. Dengan begitu, anak akan merasa dihargai dan perilaku baik tersebut akan cenderung melekat dalam dirinya.

 

Pada usia balita, anak sedang berada pada fase Phallic. Pada fase ini anak mulai memahami perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan. Anak juga senang mengeksplorasi alat kelaminnya, sama seperti ia mengenali anggota tubuh lainnya seperti rambut, tangan, mata, atau hidungnya. Fase ini merupakan salah satu tahapan perkembangan yang normal pada anak.

Saat Parents melihat anak mulai memegang atau menggesekkan alat kelaminnya, coba jelaskan padanya bahwa perilaku tersebut bisa membuat alat kelamin menjadi lecet atau luka. Kemudian alihkan perhatiannya dengan aktivitas lain yang lebih menarik, misalnya bermain sepeda.

Hindari untuk memarahi anak ya, Parents. Karena anak kemungkinan tidak memahami apa yang ia lakukan.

Semoga bermanfaat

Kunjungi juga, untuk pertanyaan lainnya :

Instagram : @mariaulfahpsi

Youtube : Maria Ulfah Psikolog

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *